SPONSOR

SPONSOR :

Artikel Warisan Benteng Fort Rotterdam, Saksi Bisu Sejarah Makassar


Sebagai daerah bekas jajahan, Makassar memang memiliki beragam bangunan sejarah peninggalan masa kolonial. Bangunan dengan desain menarik dan bersejarah memang layak dijadikan tujuan wisata terlebih untuk merunut kejadian yang pernah terjadi di masa lampau. Salah satunya adalah Benteng Ujung Pandang atau dikenal dengan sebutan Fort Rotterdam.
Lokasi Benteng Ujung Pandang tak jauh dengan Pantai Losari. Bangunan ini diklaim sebagai benteng peninggalan masa kolonial yang paling megah di Sulawesi Selatan. Benteng ini pernah tercatat sebagai Best Preserved Dutch Fort in Asia oleh majalah New York Times.

Benteng Ujung Pandang memang memiliki kisah yang panjang. Awalnya benteng ini dibangun oleh kerajaan Gowa dengan nama Benteng Jumpandang (Ujung Pandang). Bentuknya yang unik layaknya seekor penyu membuat benteng ini populer dengan sebutan Benteng Panyyua oleh masyarakat setempat.
Benteng ini dibangun pada masa Raja Gowa ke X bernama Manrigau DaengBonto Karareng Tunipallangga Ulaweng pada tahun 1545.  Berbahan dasar batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar kering, benteng ini mampu bertahan dengan baik selama bertahun-tahun.
Saat Belanda datang ke tanah Makassar, pecahlah perang antara Sultan Hasanuddin yang ada di dalam benteng dengan penguasa Belanda, Cornelis Speelman pada tahun 1666. Selama setahun, Benteng Ujung Pandang digempur Belanda hingga akhirnya pasukan Sultan Hasanuddin kalah dan harus menyerahkan benteng kepada Belanda.
Pada masa Kolonial Belanda, Benteng Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda. Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi Fort Rotterdam yang tidak lain merupakan daerah kelahiran Cornelis Speelman di Belanda. Pada masa ini, benteng dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah Belanda di Indonesia.
Pada masa kolonial Jepang, benteng ini beralih fungsi menjadi pusat studi pertanian dan bahasa. Sementara setelah Indonesia merdeka, benteng ini dijadikan sebagai pusat komando yang kemudian beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni Makassar.
Benteng ini amat mudah dikenali mengingat bangunannya yang sangat mencolok dibandingkan dengan gedung perkantoran ataupun rumah disekitarnya. Memasuki pintu utama benteng ini, nuansa kejayaan masa lalu terekam jelas melalui dinding benteng yang masih kokoh. Di sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai pertahanan artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam untuk pertahanan benteng.
Di benteng ini juga terdapat beberapa ruang tahanan yang salah satunya pernah digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Ruang tahanan amat kokoh dengan dinding melengkung. Selain itu di tempat ini juga terdapat gereja yang merupakan gereja pertama yang ada di Makassar.
Sebagai pusat kebudayaan dan seni, saat ini dalam kompleks benteng terdapat Museum Nageri La Gilago yang menyimpan beragam koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah hingga naskah serta etnografi. Kebanyakan benda kebudayaan yang dipamerkan berasal dari suku-suku di Sulawesi seperti suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
Benteng Ujung Pandang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah panjang kota Makassar.

0 comments:

Posting Komentar

Follow Me

SPONSOR :

SPONSOR

SPONSOR :

 

SaHaRa LaPTOp Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger